
hidup terpuruk diambang naluri
ragaku terhempas bahkan tergilas
oleh hiruk pikuk dunia yang semakin beringas
tahu lah aku kalau dirimu hebat
aku pun tahu kalau dirimu kuat
wajahmu bersedih hanya sesaat
di hadapan kornea dunia
kau nadakan kesedihan
kau lagukan kepedihan
kau nostalgiakan kearifan yang bagimu itu sumber kekuatan
itu bagimu, tidak bagiku dan manusia kaleng lainnya
bukan hanya raga
namun nyawa pun kini kau renggut demi kepuasan
tahu lah aku kalau dirimu dermawan
dunia mengenalmu
dunia membutuhkanmu
tapi tahu kah kamu atas perbuatanmu itu ?
kini aku masih duduk dan berharap adanya jiwa arif yang membawa pundi-pundi rupiah untukku
kini aku harus berbaring lemah menanti dan mengharap sosokmu yang bahkan kelak bukan lagi dirimu
haruskah aku merangkak, membungkuk dan bersujud di kakimu
hingga kau tahu bahwa dirimu dewa baruku atau Tuhan rupiahku
aku yang terbaring lemah membutuhkanmu
aku yang berhak kau bantu !
bukan dia yang sudah terlanjur hidup dalam kemewahan
nadaku melangit namun kau pun tak mendengar
bagaimana jika ku kebumikan ?
aku yang berjalan di atas bebatuan
aku yang berjalan di atas rerumputan
aku yang berjalan di atas butiran pasir lautan
merasakan perubahan nafas yang semakin sesak
merasakan pahitnya keadilan
dulu aku adalah raja
raja di tanahku sendiri
rakyatku sejahtera
hidup dalam kedamaian meski tidak dalam kemewahan
rakyatku berbudi luhur meski tidak berpendidikan
namun kini aku dan rakyatku harus berlari
jauh ke arah yang tak menentu
meninggalkan tahta yang kubangun sejak dulu
kini terasa sudah penjajah dalam negeriku
yang memikirkanku hanya dengan hitungan jam
mencintaiku hanya dengan hitungan detik
kini aku harus merangkak mengintip bidangan tanah tak bertuan
saat kudapatkan engkau pun datang dan kau katakan
AKU YANG BERWENANG !!
aku pun terpaksa pergi dengan luka di hati
isak tangis bocah ketika itu membuatku bertanya
inikah hamba-Mu Tuhan
jika bumi-Mu ini sudah bertuan apakah lautan-Mu pun demikian
apakah kelak nafasku tak lagi sebebas dahulu ?
cabutlah nyawaku sebelum aku melihat keruntuhan dan murka-Mu atas perbuatan tangan hamba-hamba-Mu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
"tak ada gading yang tak retak"