kulihat kepingan sejarah yang terurai di dalam negeri tercinta ini
kurasakan getaran peradaban yang mulai lengser dari bagsa ini
seiring dengan perkembangan zaman
seiring dengan perubahan cara manusia memandang
kini materi sudah dijadikan juru kunci
bahkan jabatan pun sudah dijadikan ajang pemilik kekuasaan
tak sadar kalau raga ini berdiri di atas kucuran darah para pejuang
tak sadar kalau raga ini tersenyum di atas rasa waswas para syuhada
tak sadar kalau raga ini bermimpi indah di atas mimpi buruk para kesatria
aku memang bukan anak pejuang
aku memang bukan anak syuhada
aku memang bukan anak kesatria
yang bertempur hingga keringat bahkan darah bercucuran demi sang saka
yang bertempur hingga menahan lapar dahaga demi generasi penerus bangsa
yang bertempur hingga mengorbankan sanak keluarga demi negeri tercinta
sadarkah kamu wahai penguasa ?
sadarkah kamu wahai pengemis suara ?
sadarkah kamu wahai penipu rakyat jelata ?
lelah rasanya hati mehanan emosi yang semakin menjadi-jadi
semakin lama semakin tak berarti
ingin aku mengadu
namun kepada siapa aku harus mengadu ?
aku datang ke sana, dia bilang ini urusanmu
aku datang ke situ, dia bilang itu urusanmu
aku sungguh sangat lelah dengan semua tingkah lakumu
hingga semua itu aku tahankan
namun saat semua itu aku tahankan
hingga sakit datang menghantam
kau berbisik kepada media
intip aku besok karena aku akan datang pada nya
dan saat kau datang
kau katakan " kenapa kau tak bilang? "
teriris rasanya hati ini mendengar lagu lama mu yang tersiar di depan kamera dan dilihat jutaan orang
dalam hati aku hanya bisa mengatakan
kemana saja kau wahai tuan ?
baru turunkah kau rapat dari langit ke empat ?
atau sibuk mendatangi tempat keramat ?
diam dan diam
itu saja yang bisa aku lakukan
karena ulahmu yang semakin keterlaluan
merubah kehidupan dengan penindasan
merubah peradaban dengan perampasan
merubah kebudayan dengan penanda tanganan hutang
rasanya aku sungguh masih berdiri di gerbang kemerdekaan
belum masuk ke dalamnya
apalagi berjalan merasakan keindahannya
aku mungkin hanya bisa diam
namun aku yakin jika kau membaca catatanku
kau akan bilang bahwa aku bukanlah seorang yang pendiam
aku bersuara
mewakili mulut yang diam
mewakili hati yang letih
mewakili emosi yang tak tak ada henti
yang hanya bisa mengatakan ya dan tidak
dengan cara terpaksa
terpaksa karena kau sudar atur prosedur dan jalannya
dan saat nya aku mengatakan
bahwa aku bosan dengan bualan
aku muak dengan percakapan
aku benci dengan janji-janji mu yang tak pasti
kurasakan getaran peradaban yang mulai lengser dari bagsa ini
seiring dengan perkembangan zaman
seiring dengan perubahan cara manusia memandang
kini materi sudah dijadikan juru kunci
bahkan jabatan pun sudah dijadikan ajang pemilik kekuasaan
tak sadar kalau raga ini berdiri di atas kucuran darah para pejuang
tak sadar kalau raga ini tersenyum di atas rasa waswas para syuhada
tak sadar kalau raga ini bermimpi indah di atas mimpi buruk para kesatria
aku memang bukan anak pejuang
aku memang bukan anak syuhada
aku memang bukan anak kesatria
yang bertempur hingga keringat bahkan darah bercucuran demi sang saka
yang bertempur hingga menahan lapar dahaga demi generasi penerus bangsa
yang bertempur hingga mengorbankan sanak keluarga demi negeri tercinta
sadarkah kamu wahai penguasa ?
sadarkah kamu wahai pengemis suara ?
sadarkah kamu wahai penipu rakyat jelata ?
lelah rasanya hati mehanan emosi yang semakin menjadi-jadi
semakin lama semakin tak berarti
ingin aku mengadu
namun kepada siapa aku harus mengadu ?
aku datang ke sana, dia bilang ini urusanmu
aku datang ke situ, dia bilang itu urusanmu
aku sungguh sangat lelah dengan semua tingkah lakumu
hingga semua itu aku tahankan
namun saat semua itu aku tahankan
hingga sakit datang menghantam
kau berbisik kepada media
intip aku besok karena aku akan datang pada nya
dan saat kau datang
kau katakan " kenapa kau tak bilang? "
teriris rasanya hati ini mendengar lagu lama mu yang tersiar di depan kamera dan dilihat jutaan orang
dalam hati aku hanya bisa mengatakan
kemana saja kau wahai tuan ?
baru turunkah kau rapat dari langit ke empat ?
atau sibuk mendatangi tempat keramat ?
diam dan diam
itu saja yang bisa aku lakukan
karena ulahmu yang semakin keterlaluan
merubah kehidupan dengan penindasan
merubah peradaban dengan perampasan
merubah kebudayan dengan penanda tanganan hutang
rasanya aku sungguh masih berdiri di gerbang kemerdekaan
belum masuk ke dalamnya
apalagi berjalan merasakan keindahannya
aku mungkin hanya bisa diam
namun aku yakin jika kau membaca catatanku
kau akan bilang bahwa aku bukanlah seorang yang pendiam
aku bersuara
mewakili mulut yang diam
mewakili hati yang letih
mewakili emosi yang tak tak ada henti
yang hanya bisa mengatakan ya dan tidak
dengan cara terpaksa
terpaksa karena kau sudar atur prosedur dan jalannya
dan saat nya aku mengatakan
bahwa aku bosan dengan bualan
aku muak dengan percakapan
aku benci dengan janji-janji mu yang tak pasti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
"tak ada gading yang tak retak"