Terdengar suara bel masuk sekolah
yang baru saja dipukul oleh Pak Hamid, ya.. Bapak Abdul Hamid, beliau adalah
staff TU di sekolahku sekaligus sebagai Guru Bahasa Indonesiaku, seorang guru
yang patut untuk digugu dan ditiru, semangatnya yang tak pernah pudar untuk
mendidik kami semua murid-muridnya, tak pernah lelah dalam mengerjakan segala
hal yang telah dibebankan kepadanya, tak pernah marah bahkan kecewa,selalu
riang gembira dan penuh canda dan tawa hingga akhirnya salah satu dari kami
mengerjainya.
(praaakkkk..) saat beliau hendak duduk di
kursi, tiba-tiba saja kursi beliau patah kakinya karena dijahili oleh Ali,
spontan gelak tawa memecahkan suasana kelas yang baru saja akan memulai materi
pada hari itu, namun pada saat itu pula spontan Pak Hamid berdiri dan menatap
mata kami satu persatu seketika itu juga kami pun serentak terdiam dan
merundukkan kepala tak ada kata yang sanggup terucap dari bibir kami semua,
tawa yang sebelumnya memecahkan suasana kelas itu kini menjadi tak bersuara
bahkan jarum yang terjatuh dari laci salah satu kawanku pun terdengar keras
bahkan lebih keras dari biasanya, tak ada satu pun dari kami yang berani untuk
menengadahkan kepala. Karena kejadian itu adalah yang pertama dan itu terjadi
disaat aku baru menjadi siswa kelas satu sekolah menengah pertama, hingga
akhirnya bel pun berbunyi ( teng.. teng.. teng.. teng.. teng.. teng.. )
Adi kawan duduk sebelah kiriku
memberanikan diri untuk melihat apakah Pak Hamid masih berada di kelas dan
menatap mata-mata kami, terhela nafas panjang dari hidungnya ( huuuuuuuft.. )
Adi : (berdiri tegak menghadap ke seluruh
teman-temannya)
teman-teman, pak hamid sudah tak ada di
kelas..
Suara adi terdengar jelas di
telinga kami, bahwa pak hamid sudah tidak di ruang kelas, namun ternyata
ketidak beradaan pak hamid di kelas saat itu malah membuat jantung kami
berdetak kencang, tertulis jelas di papan tulis “ bukan ilmu nya seorang guru
yang kamu butuhkan untuk masa depan melainkan keridhoannya lah yang kamu
butuhkan. “ saat itulah kami semua merasa bersalah tidak melarang Ali untuk
berbuat seperti itu, hanya karena kami takut jika kami melarangnya maka kami
lah yang akan selalu menjadi incarannya untuk dikerjai, Ali pun yang ketika itu
sebagai pelaku terdiam kebingungan, antara takut dimarahi oleh semua guru dan
takut dikeluarkan dari sekolah.
BAAMMMMMM !! Ali memukul meja nya
dengan penuh kesal, kesal terhadap dirinya yang tidak punya keberanian untuk
mengakui kesalahan yang telah diperbuatnya, kesal terhadap sikapnya yang selalu
saja membuat marah orang lain, dan ketika itu kami pun sekelas hanya bisa diam
melihat yang terjadi padanya, namun tidak dengan Adi, dia berdiri dan
menghampiri Ali berusaha menenangkan dan membujuk Ali agar berani mengakui
kesalahan dan meminta maaf kepada guru yang bersangkutan, Adi memberikan
sedikit nasehat kepada Ali, meski tubuh Adi tidak sebesar tubuh Ali tapi Adi
jauh lebih dewasa dari Ali bahkan dari kami semua yang ada di kelas.
Sungguh kami tak mengira bahwa
orang sebrutal Ali masih bisa menangisi atas apa yang telah ia perbuat, yang
kami tahu selama ini dia selalu penuh dengan keceriaan meski orang lain telah
dibuatnya menderita, bahkan ingin pindah sekolah tidak betah karena selalu
diganggu dan dijahili oleh nya, dan tidak lama kemudian Ali pergi meninggalkan
kami semua di kelas, waktu pergantian pelajaran sudah berjalan sepuluh menit
namun tak ada satu pun guru yang datang masuk ke ruang kelas kami, hingga
akhirnya bel berbunyi panjang.
Teng..teng..teng..teng..teng..teng..teng..teng..teng..teng..
Kepala sekolah megumpulkan kami
semua di depan kantor guru, kami berdiri di lapangan basket yang mana posisinya
tepat di bagian depan kantor guru, pengeras suara pun mulai dibunyikan.
Assalamu’alaikum Warohmatullahi
Wabarokatuh..
Pada pagi
hari ini, saya sangat bangga dengan kalian yang selalu masuk kelas tepat pada
waktunya, selalu mengikuti disiplin yang ada, tanpa ada rasa tertekan dan
terpaksa. Selalu taat dan patuh kepada seluruh guru-guru, selalu ingat kepada
kewajiban tanpa mengedepankan hak-hak kalian semata, proses pendidikan
memerlukan waktu dan pengorbanan, memerlukan keberanian dan perjuangan,
memerlukan kesabaran dan kekuatan, berkorban meninggalkan semua keasyikan yang
tak kamu sadari bahwa hal itu membuatmu jauh tertinggal dalam kebodohan dan
keterpurukan, berani memilih jalan yang benar tanpa takut tertinggal oleh
budaya boros dan menyia-nyiakan, sabar dan kuat dalam menghadapi cobaan,
godaan, halangan dan rintangan yang selalu datang ke sudut terjauh di otak dan
fikiranmu, ilmu yang kamu dapatkan saat ini bukanlah ilmu yang sesungguhnya,
ilmu yang kamu dapatkan saat ini tidak lebih dari salinan kalimat yang kamu
dapatkan dari sebuah buku yang tertulis di papan tulis, lalu di mana letak ilmu
yang sesunggunya ? ilmu yang sesungguhnya itu terletak pada keridhoan seorang
guruuuu.. ilmu yang sesungguhnya itu terletak pada keridhoan seorang guruuuu..
ilmu yang sesungguhnya itu terletak pada keridhoan seorang guruuuu.. perlu
diingat kenapa saya sampaikan pada kalian sampai tiga kali, karena hal ini
sangat penting untuk mendapatkan keberkahan dari ilmu yang dirihokan oleh
seorang guru.
Wassalamu’alaikum Warohmatullahi
Wabarokatuh.
Singkat padat jelas, pidato yang
disampaikan oleh kepala sekolah kepada kami semua saat itu, sebagian dari kami
tidak mengerti apa maksud dari pidato itu dan mereka anggap hanya sebagai
pidato nasehat biasa, namun tidak dengan kami anggota kelas satu, kejadian hari
itu menambah pengalaman baru kami dan kufikir hal ini merupakan pelajaran yang
sangat berharga bagi kami hari ini khususnya bagiku, bahwa ilmu yang
sesungguhnya itu ada pada keridhoan seorang guru.
“ bukan ilmu nya seorang guru yang kamu
butuhkan untuk masa depan melainkan keridhoannya lah yang kamu butuhkan. “
(Guru BI
ku)
“ilmu yang
sesungguhnya itu terletak pada keridhoan seorang guru.”
(Kepala
Sekolah ku)
Day one- to
be continued..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
"tak ada gading yang tak retak"