
Tasawuf Filsafi di Indonesia
pengantar
Perkembangan tasawuf filsafi di Indonesia tidak mencatat keberhasilan yang berkelanjutan karena para ulama terdahulu dalam dakwah mereka berkiblat kepada tasawuf sunni. Akan tetapi, tidak dapat menutup mata kita akan adanya aliran berlawanan yang dipelopori oleh seorang tokoh legendaris, Siti jenar, yang diantara ajaran-ajarannya tercium penyimpangan yang bertujuan melepaskan kawajiban dan ketentuan syari'at. dia benar-benar berdiri pada satu sisi yang berlawanan dengan Wali Songo. masa itu dianggap sebagai tahap pertama perkembangan tasawuf filsafi di Indonesia, yang kita namakan tahap pengenalan.
Prinsip -prinsip Wali Songo dan murid-murid mereka di seluruh negeri yang sangat tegas, telah berjasa dalam mereduksi laju pengembangan tasawuf filsafi di Indonesia. namun, pokok pikirannya masih hidup di kalangan masyarakat umum. amsih terdapat aktifitas-aktifitas spiritual dalam skala kecil. kita akan melihat sejauh mana kebangkitan ajaran-ajaran ini serta perubahan cahayanya yang redup menjadi terang benderang. dan dalam uraian kita nanti tentang tasawuf filsafi, akan dijelaskan tasawuf yang menyimpang yang kini dikenal dengan kejawen atau kebatinan.
Keadaan ini berlangsung sampai munculnya Syaikh Hamzah Fansuri di arena kehidupan spiritual di Indonesia. ditangannyalah cahaya tasawuf yang redup itu berubah menjadi terang benderang, dan mengaktifkan yang pasif, serta mengarahkan tasawuf filsafi berpijak pada mazhab Ibn 'Arabi yang diperlihatkan sebagai suatu mazhab yang lengkap dan sempurna, dan ini mengagumkan murid-murid dan para pengikutnya. Hamzah Fansuri adalah orang pertama yang memunculkan tasawuf filsafi di Indonesia, yang bersih dan murni dari penyimpangan, bahkan seakan sempurna dalam rujukannya terhadap sumber-sumber Arab yang Islami. Sementara tasawuf filsafi sendiri pada masa sebelum itu hanya terbatas pada aktifitas individual yang belum terorganisir, yang terambil dari ajaran-ajaran kebatinan tasawuf Syi'ah Imamiah. masa Fansuri dipandang sebagai tahap kedua dalam sejarah tasawuf filsafi di Indonesia, yaitu tahap perkembangan.
periode ini tidak berlangsung lama dengan munculnya Syaikh Nur Al-Din Al-Raniri dan para pengikutnya dari ahli Fiqh. buku-buku Fansuri dibakarnya dan membunuh sebagian pengikutnya, sementara yang lain berusaha melenyapkan tulisan-tulisan seputar tasawuf falsafi yang telah diterima masyarakat Indonesia pada masa itu guna menghambat kehidupan keruhanian di Indonesia. penafsiran terhadap sebagian tulisan Syaikh Muhammad Ibn Fadhlullah Al-Burhanfuri merupakan pijakan baru bagi perkembangan kembali tasawuf filsafi di Indonesia, khususnya tulisan ini dianggap tidak menyalahi ajaran-ajaran Ahl Al-Sunnah wa Al-Jama'ah menurut sebagian sufi sunni, seperti ' Abd Al-Shamad Al-Palembani dan Abd Al-Rauf Sinkelpada masa itu.
tulisan tersebut kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. selanjutnya munculah aktivitas penghapusan dan penambahan, disamping kesalahan-kesalahan dalam memahami arti tulisan tersebut, yang pada akhirnya terjadilah penyimpangan sdikit-demi sedikit dari ajaran-ajaran aslinya.
kemudian muncullah gerakan orientalis di Indonesia yang bertujuan untuk menghancurkan Islam yang dilihatnya sebagai ancaman terhadap eksistensinya. yaitu, dengan cara menimbulkan keraguan terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam Islam, dan melindungi kelompok tertentu untuk mencela dan memfitnah Islam sampai pada akhirnya timbulah perkembangan-perkembangan dalam bentuk konflik dan kolonialisme yang memperluas jurang sasi di satu segi, dan mendorong penyimpangan di dalam Islam yang dilakukan oleh para pengikut kejawen dari segi yang lain.
pada periode ini merupakan kebangkitan kedua kalinya bagi ajaran tasawuf yang menyimpang dengan bertemunya tiga unsur, yaitu akar ajaran Siti jenar dan akar kepercayaan lokal dibantu oleh kolonialisme yang bertujuan menyebarkan keraguan dan menceraiberaikan umat Islam, buku-buku dalam tasawuf filsafi yang telah menyimpang itu pun banyak ditulis dan berkembang pesat. akar-akar lama pun bangkit untuk melumpuhkan disiplin melaksanakan syariat bersamaan munculnya dengan pemahaman-pemahaman aneh tentang tasawuf filsafi Islam, mucullah pimpinan mereka, Ronggo Warsito yang dijuluki Bapak Kebatinan Indonesia. dia menyiarkan dan menulis buku-buku tentang ajaran-ajarannya, setelah itu, bermunculanlah paham-paham baru melakukan infiltrasi ke dalam tasawuf yang mereka akui dapat berhubungan dengan Allah SWT. dan menerima wahyu serta ilham padahal mereka tidak mengerti apa-apa tentang tasawuf.
dengan perkembangan ini, sejarah mencatat adanya pertentangan pemikiran antara tasawuf sunni dengan tasawuf falsafi yang menyimpang pada beberapa abad yang lalu. aliran-aliran berlawanan yang dihadapi tasawuf sunni, kini tak lebih dari kelanjutan pergelutan pemikiran antara Wali Songo dan Al-Raniri, di satu pihak, dengan Siti jenar dan kejawen atau kebatinan sebagaimana kelompok ini menamakan diri mereka, di pihak yang lain.
periode yang dilalui oleh tasawuf falsafi di Indonesiatidak sempit karen mereka mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan spiritual di Indonesia untuk beberapa waktu yang cukup lama.
- Ilmu Sufistik.