Kisah ini diangkat dari perjalanan cinta seorang pemuda yang mana dia sangat mencintai seorang gadis desa yang terletak di daerah pegunungan indah yang mana daerah tersebut sangat ah sejuk dan damai sehingga melahirkan cinta bagi mereka yang berada di sana. sikap dewasa,sopan dan ramah nya si gadis ini membuat pemuda itu jatuh cinta dan sayang, semakin lama waktu pun terus berlari berputar dengan berjalannya jarum jam, namun rasa itu hanya dapat dia pendam dan simpan dalam-dalam karena keadaan yang belum mengizinkan untuk mengutarakan hal tersebut, namun sungguh disayangkan karena rasa yang dipendamnya hanya membuat cinta itu semakin tinggi bahkan kerinduan sudah tak bisa lagi tertahankan, pemuda itu hanya diam dan merintih kesakitan karena berat menahan rasa rindu yang selama ini tertanam di dalam hatinya, pemuda itu menahan semuanya hanya karena ingin membuat si gadis ini tenang dan bisa menjalani masa pendidikannya dengan baik, perlahan dia mencoba untuk dapat mengontrol dirinya agar rasa rindunya dapat tertahan hingga tiba saat yang tepat untuk menyampaikan semua isi hatinya, berbagai macam cara telah dilakukan tentunya dengan cara yang baik dan masih dalam norma-norma yang ada, dia selalu berdoa dalam sujud bahkan dikeheningan malam meski terkadang air dingin terasa sangat menusuk tubuhnya namun hal itu tidak dia hiraukan, dia hanya ingin apa yang ada dalam hatinya tercurahkan semuanya kepada sang pencipta, dia menangis dalam gelap memohon ridho dan rahmat Nya agar dapat menahan semua yang dirasa saat ini dan tersampaikan hingga kelak tiba saat manis yang dinanti, perasaan cintanya semakin terdorong ketika dia bermimpi melihat burung dara putih bersih sehingga dia ingin memilikinya kemudian pemuda itu mengejarnya namun setiba dipertigaan jalan tepat di depan rumah berdiri seorang lelaki tidak terlalu tua memberikan saran kepadanya" jika ingin memiliki burung tersebut maka berjalan seperti biasa Insya Allah sampai ", saat pemuda itu terbangun dia selalu terfikirkan oleh mimpi yang menghampiri malamnya itu, satu bulan telah berlalu dia mulai mengenal keluarga gadis tadi dari ayah, ibu sampai adik-adiknya namun belum sempat terlintas dalam benaknya tentang mimpi tadi hingga bulan ke empat tiba dan saat itulah pemuda itu mulai mengutarakan isi hatinya, meski hanya melalui sebuah kado yang memang ketika itu adalah ulang tahun si gadis tadi, sejak saat itulah gadis tadi menyimpan tanya kenapa pemuda itu memberinya kado dan tahu bahwa hari itu adalah hari ulang tahunnya, lambat laun gadis tadi pun menyadari bahwa pemuda itu mencintainya dan memiliki rasa yang dalam terhadapnya maka sejak itulah gadis tadi mulai menjauh dan menghindarinya, langkahnya yang salah membuatnya bertanya-tanya mengapa keadaan menjadi semakin keruh, hingga suatu ketika terbukalah mimpi yang telah dialami sebelumnya tersadar bahwa lelaki yang tidak terlalu tua dan memberikan saran itu adalah ayah dari gadis tadi namun pemuda itu masih belum yakin atas tafsirannya tentang mimpi itu, hingga waktu semakin berlari dan tak terasa sudah dua tahun pemuda itu dalam penantian, berjuang menahan hati dan perasaan yang semakin menjadi-jadi namun dia hanya bisa menuangkan rasa rindunya melalui tinta yang dia tuliskan di atas kertas bahkan tak jarang tinta itu bercampur dengan air matanya, pemuda itu mendefinisikan cinta dengan perjanjian suci yang tertuang dalam hati sehingga terbentuk rasa percaya antara satu dengan lainnya. baginya cinta tidak perlu dibuat-buat, cinta tidak perlu dirancang, namun cinta harus dijalani dengan hati yang jernih, bersih dalam kasih sebening embun seterang cahaya.
Pada tahun ke tiga pemuda itu berusaha untuk mencari jalan terang atas hubungan antara keduanya, dengan mengirimkan sacarik kertas yang ditulisnya dengan rangkaian kata-kata yang memang selama ini sudah terukir di dalam hatinya, namun jawaban itu datang dengan tidak memuaskan, entah betulkah itu kata-kata keluar dari hatinya atau karena dorongan dan paksaan dari kawan-kawannya, meski demikian pemuda itu hanya bisa tersenyum dan menahan pedih yang dirasakannya ketika itu, dengan menyimpan balasan surat tadi dan sedikit petikan kata dari yang terkirim dari kawan-kawannya. disela-sela waktu di penghujung tahun ketiga seorang wanita datang menghampiri pemuda itu dengan sebuah cerita yang merupakan jawaban atas cintaku padanya, saat wanita itu bertanya padanya " apakah dia benci kepada pemuda itu ? gadis tadi menjawab tidak sama sekali hanya saja jika pemuda itu menampakkan cintanya kepada orang lain maka dia akan semakin menampakkan kebenciannya kepada pemuda itu, " yang intinya dia hanya ingin semuanya berjalan seperti biasa, dan saat ditanya " apakah gadis itu mencintainya ? gadis itu pun hanya diam dan tersenyum sambil mengalihkan pembicaraan ke arah yang lainnya ". sejak saat itulah pemuda tadi mulai mengingat kembali atas mimpi yang telah dialaminya, dan semua itu terjawab bahwa mimpi itu adalah petunjuk awal atas semua perasaannya kepada gadis tersebut, namun demikian pemuda itu hanya bisa pasrah kepada yang maha kuasa atas segala kehendak Nya, karena hakikatnya setiap manusia memiliki hak dan hak pemuda itu adalah mencintai gadis tadi namun gadis itu pun memiliki hak untuk menentukan kemana hatinya akan berlabuh, pemuda itu hanya bisa memohong kepada sang khaliq agar apa yang ada di dalam hatinya tersampaikan dan gadis tadi menjadi seorang wanita yang tepat dan selamat hingga akhir hayat kelak, lantunan syair menemani pemuda itu setiap dia dalam keadaan sunyi sepi gundah dan rindu karena dia hanya bisa bernada melalui tinta tidak bisa secara langsung mengungkapkan rasa itu meski semua orang tahu bahwa cinta pemuda itu sungguh sangat mendalam kepada si gadis pujaan hatinya, bahkan tidak jarang pemuda itu melantunkan lagu yang dibuatnya hanya untuk mengutarakan betapa tulusnya cinta dan kasih sayang yang disimpan selama ini.
Memasuki tahun ke empat gadis tadi pun pidah melanjutkan studinya di luar daerah, pada awalnya perpisahan itu membuatnya sangat sakit karena jaraknya yang semakin jauh namun lambat laun semua itu menjadi lebih baik keadaan membaik bahkan berbeda ketika gadis tadi dekat dengannya rindu yang tertahan lebih menyakitkan ketika mereka dalam satu tempat namun tidak dapat bertemu dan bertatap muka, dibandingkan dengan rindu yang dipisahkan jarak, hal ini terjadi sudah hampir setahun melengkapi tahun ke empat, tahun pertama berpisahnya jarak antara pemuda dan gadis pujaannya yang sering dia panggil dengan sebutan peri kecil, bagi pemuda itu jarak yang jauh sekali pun bukanlah suatu alasan untuk saling merasakan antara satu hati dengan lainnya, jika saja memang saling mengerti dan merasakan hal yang sama dalam kerinduan dan kasih sayang.
Jika cinta yang ditanamnya tumbuh maka dia berharap agar cinta itu memang tumbuh dengan kurun waktu yang tepat, percuma adanya jika memaksakan kehendak bahkan memaksa tumbuh matang sebelum waktunya, seperti halnya buah jika kita tanam dan tumbuh dengan sendirinya maka akan manis rasanya meski harus menunggu dalam waktu yang lama, namun jika buah itu kita paksa tumbuh dengan cepat atau kita petik sebelum waktunya maka hanya akan membuatnya tidak sempurna, begitulah yang saat ini dilakukan oleh pemuda itu kepada gadis pujaan hatinya, banyak saran yang mengalir ditelinganya agar mencari pengganti gadis lainnya namun baginya Tuhan Maha tahu, Tuhan Maha adil, Tuhan akan menilai segala sesuatu atas kesungguhan dan ketulusan hamba Nya dalam mengejar apa yang diharapkan untuk ridho dan rahmat Nya, cerita hanyalah tertinggal cerita, kisah hanyalah tertinggal kisah, semua itu adalah sejarah cinta yang dijalani oleh seorang pemuda yang ingin cintanya tumubuh dengan ketulusan dari masing-masing hati karena dia yakin Tuhan tidak diam dan tidak salah meletakkan dan menyatukan tulang rusuk yang memang dipisahnya dan kemudian kelak akan disatukan kembali oleh Nya.
*semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
"tak ada gading yang tak retak"