Senja kini telah tenggelam namun aku masih duduk di sini, di bibir danau yang telah kita janjikan untuk bertemu, di sini ya.. di tempat inilah kita saling berbagi canda tawa suka maupun duka, namun sampai detik ini kabar pun tak lagi datang entah di mana dirimu berada saat ini, perpisahan kita memang belumlah lama namun hati dan perasaan yang membuatku merasakan lamanya perpisahanku padamu atau memang rindu yang menjadikan waktu begitu panjang sehingga kini aku merasakan rindu itu kepadamu, kulemparkan batu kecil ke dalam danau yang tenang terdengar suaranya menggema seakan berteriak " pulanglah ! dia tidak akan datang menjumpaimu. " hatiku berontak mendengar nada itu, namun apa daya suara itu hanya emosiku saja dan kuanggap sebagai suara setan yang hendak menggangu ketulusan cinta, kasih dan sangku, kuabaikan suara itu dan aku terus akan menunggu, garis merah perlahan padam matahari membenamkan wujudnya pergi untuk menemani belahan lain dari bumi ini, sedangkan aku masih duduk terpaku melihat ukiran nama yang terpahat cantik kala itu.
bulan perlahan datang membawa cahayanya bersanding bintang-bintang yang bertabur di jagat raya, seraya menemaniku dalam sepi penuh gundah dan gelisah namun aku tetap yakin kalau kamu akan datang bersama hatimu yang tulus seperti dulu, kucoba mengalihkan penantianku kepada langit yang pekat sambil mencari bintang yang paling bersinar terang satu persatu kujelajahi berharap dekat dengan cahayanya, tak kusangka cahaya mereka telah pergi perlahan dari pandanganku mungkinkah mataku rabun.? atau memang malam semakin larut.? kubiarkan waktu berjalan dengan sendirinya tanpa kusadari bahwa malam itu memang telah jauh meninggalkanku, gemercik air menetes sedikit demi sedikit membasahi tubuhku yang masih merebah di atas rumput hijau dan tebal.
dingin tak lagi terasa pada tubuhku namun tulang dan persendianku terasa tertusuk jarum bukan satu namun ribuan bahkan mungkin jutaan, aku rasakan getar hatiku dan detak jantung yang semakin tak terarah membuatku hanyut dalam ketajamannya, air hujan deras membasahi tubuhku namun sedikit suara pun aku tidak mendengar, hanya ada suara air yang mengisi perut danau, gemuruh dan guntur, dan aku masih tetap duduk tertekuk lutut menahan hembusan angin dan air hujan yang terasa menusuk tulang dan persendianku.
hatiku terus berteriak " apakah aku masih pantas untukmu.??!! apakah kamu sudah memiliki yang lain selainku.??!!!! ". teriakanku hanya sia-sia suara itu hanya ada dalam hatiku, aku tidak bisa memberikan suara itu meluas kepada alam semesta, hingga kini aku kuat karena rasa yang teramat sangat kepada dirimu, namun hingga kini aku tidak tahu canda tawa dan kebahagiaan itu betulkah hanya untukku.? atau hanya karena rasa kasihanmu terhadapku.? aku terlena dalam sibukmu, aku takut pada hatiku, aku tak sanggup dengan rasa yang kian membelengeku, " jika mengganggu dan membayangi buanglah jauh-jauh " itu tuturmu kepadaku, mungkin bagimu melupakan sangat mudah, namun aku... tidak semudah itu untuk melupakan apa yang ada pada hatiku.
perasaanku yang semakin dalam kepadamu membuat hariku hilang tertelan kesedihan, menunggu, itulah satu kata yang pantas untukku, aku hanya manusia penanti kasih sayang, penanti kebahagiaan, aku tidak bisa sepertimu yang selalu bahagia kapanpun kamu suka dan di manapun, aku sadar kalau diriku memang egois selalu menuntut keinginan diriku saja tanpa memberimu waktu untuk bebas berjalan memilih keadaan yang mungkin menurutmu baik atau jauh lebih bahagia.
huuuufff... kuhembuskan nafasaku dalam kesendirian merunduk menatap rumput yang tak berdosa, aku hanya bisa melihatmu dari foto yang kusimpan yang kujadikan sebagai obat rinduku, tak tertahan air pun menetes dari mataku membasahi pipi terjatuh tanpa arti, air mata itu membantu dan menemaniku dalam kesedihan, tak terasa matahari pun akan datang untuk memberikan kebahagiaan bagi seluruh makhluk hidup, namun aku masih duduk lusuh lemah terhempas di atas rerumputan, menahan perih yang semakin dalam, kucoba tersenyum dalam sedih menghilangkan kelabu yang masih menyelimuti perasaanku, kusambut mentari dengan hela nafas sedalam mungkin mencoba untuk membuka hidup baru, semangat baru, harapan baru.
aku berikan seluruh perasaan ini pada Mu tuhan, karena engkaulah yang Maha tahu atas segalanya, mungkin selama ini aku terlalu jauh dari Mu atau bahkan aku tidak mengingat mu, aku yakin engkaulah yang berkehendak atas semua ini, engkau yang mencinptakan kami dan engkau juga yang mengetahui bagaimana jalan kami meski jalan itu kami lah yang menjalankan tapi semua ini adalah atas titah Mu, aku berjalan untuk keridhoan Mu, aku bernaung hanya kepada Mu, aku memohon cinta itu datang dari Mu, dari kuasa Mu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
"tak ada gading yang tak retak"